Profil Desa Pecekelan
Ketahui informasi secara rinci Desa Pecekelan mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Pecekelan, Kecamatan Sapuran, Wonosobo, desa mandiri yang bertumpu pada ekonomi kehutanan rakyat. Kenali pilar utama dari investasi jangka panjang kayu Albasia serta industri rumah tangga Gula Aren yang menjadi penopang ekonomi harian.
-
Ekonomi Berbasis Hutan Rakyat
Perekonomian desa secara dominan didasarkan pada budidaya hutan rakyat, khususnya kayu Albasia (Sengon), yang dikelola sebagai investasi dan tabungan jangka panjang oleh masyarakat.
-
Sentra Industri Rumah Tangga Gula Aren
Merupakan salah satu desa penghasil gula aren (gula kelapa) di Kecamatan Sapuran, di mana industri rumah tangga ini menjadi sumber pendapatan harian yang vital bagi banyak keluarga.
-
Model Ekonomi Komplementer
Masyarakatnya menerapkan model ekonomi yang saling melengkapi, memadukan pendapatan harian dari gula aren dengan hasil panen kayu Albasia setiap beberapa tahun untuk kebutuhan besar.
Jauh dari hiruk pikuk pusat kecamatan, Desa Pecekelan di Kecamatan Sapuran, Kabupaten Wonosobo, menuliskan kisah kemandirian ekonominya dengan strategi yang unik dan penuh kesabaran. Desa ini merupakan sebuah contoh nyata dari komunitas yang membangun kesejahteraannya di atas dua pilar yang berjalan dalam ritme waktu yang berbeda: investasi hutan rakyat kayu Albasia untuk masa depan dan manisnya industri rumah tangga Gula Aren untuk kebutuhan hari ini. Perpaduan inilah yang menjadi fondasi ketangguhan ekonomi Desa Pecekelan.
Geografi dan Lanskap Hutan Rakyat
Desa Pecekelan menempati wilayah seluas sekitar 2,55 kilometer persegi pada ketinggian rata-rata 875 meter di atas permukaan laut. Berbeda dengan desa agraris pada umumnya yang didominasi ladang tanaman semusim, lanskap Pecekelan dihiasi oleh rimbunnya hutan rakyat. Pohon-pohon Albasia yang menjulang tinggi menjadi pemandangan utama, diselingi oleh pohon-pohon aren yang menjadi sumber nira. Kondisi geografis ini mencerminkan pilihan strategis masyarakatnya dalam memanfaatkan lahan.Pemerintahan Desa Pecekelan, yang saat ini berada di bawah kepemimpinan Kepala Desa Rokhman, secara administratif mengelola 4 dusun, yang terbagi dalam 4 Rukun Warga (RW) dan 15 Rukun Tetangga (RT). Tatanan ini menjadi kerangka bagi pemerintah desa untuk menjalankan program pembangunan yang mendukung model ekonomi unik berbasis kehutanan dan industri rumah tangga.
Demografi dan Komunitas yang Sabar
Berdasarkan data kependudukan per tahun 2024, Desa Pecekelan dihuni oleh sekitar 2.800 jiwa. Mayoritas penduduknya ialah petani dalam arti luas, yang tidak hanya mengolah lahan untuk tanaman pangan subsisten tetapi juga merupakan para "penabung pohon" dan perajin gula. Karakter masyarakat Desa Pecekelan terbentuk oleh ritme pekerjaan mereka yang menuntut kesabaran. Merawat pohon Albasia dari bibit hingga siap panen dalam 5-7 tahun mengajarkan mereka tentang perencanaan jangka panjang, sementara proses pembuatan gula aren yang telaten setiap hari melatih ketekunan.
Pilar Utama Ekonomi: Investasi Jangka Panjang Kayu Albasia
Tulang punggung dan jaring pengaman utama ekonomi Desa Pecekelan ialah Hutan Rakyat Kayu Albasia (Sengon). Hampir setiap keluarga di desa ini memiliki lahan yang ditanami pohon Albasia. Bagi mereka, kebun Albasia bukan sekadar tanaman, melainkan sebuah bentuk tabungan atau investasi hidup. Pohon-pohon ini dirawat selama bertahun-tahun sebelum akhirnya dipanen.Hasil penjualan kayu Albasia menjadi sumber dana utama untuk membiayai kebutuhan-kebutuhan besar yang tidak dapat ditutupi oleh pendapatan harian. Kebutuhan tersebut misalnya untuk membangun atau merenovasi rumah, menyekolahkan anak ke jenjang perguruan tinggi, membeli kendaraan, atau sebagai modal untuk menyelenggarakan hajatan besar. Model ekonomi ini memberikan stabilitas dan kepastian finansial bagi masyarakat dalam menghadapi masa depan.
Penopang Harian: Manisnya Industri Rumah Tangga Gula Aren
Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari selagi menunggu panen kayu, masyarakat Desa Pecekelan memiliki pilar ekonomi kedua yang tak kalah penting, yaitu industri rumah tangga Gula Aren. Banyak keluarga yang memiliki keahlian untuk mengolah nira (getah bunga kelapa atau aren) menjadi gula padat atau gula cetak.Setiap pagi dan sore, para pria akan memanjat pohon aren untuk melakukan proses nderes, atau menyadap nira. Nira yang terkumpul kemudian dibawa pulang untuk diolah oleh para wanita. Di dapur-dapur tradisional, nira dimasak dalam wajan besar di atas tungku kayu bakar selama berjam-jam hingga mengental dan siap dicetak. Aroma manis karamel yang menguar dari proses ini menjadi penanda geliat ekonomi harian di desa. Gula aren yang dihasilkan kemudian dijual ke pasar atau pengepul, memberikan pendapatan tunai yang vital untuk kebutuhan belanja harian.
Pembangunan dan Visi Desa ke Depan
Pemerintah Desa Pecekelan secara aktif mendukung model ekonomi warganya. Prioritas pembangunan infrastruktur, seperti perbaikan jalan desa dan jalan usaha tani, sangat krusial untuk mempermudah proses pengangkutan kayu Albasia saat panen raya dan distribusi gula aren ke pasar. Program pemberdayaan juga diarahkan untuk meningkatkan kualitas dan pemasaran produk gula aren.Menatap masa depan, Desa Pecekelan memiliki tantangan dalam menjaga keberlanjutan model ekonominya. Regenerasi pohon Albasia setelah panen dan menjaga kelestarian pohon aren menjadi kunci. Terdapat pula peluang besar untuk meningkatkan nilai tambah produk, misalnya dengan mengembangkan varian gula aren seperti gula semut (gula kristal) atau menciptakan branding kolektif untuk meningkatkan daya saing.Dengan fondasi ekonomi ganda yang unik dan saling melengkapi, Desa Pecekelan menunjukkan sebuah kearifan lokal dalam mengelola sumber daya. Desa ini mengajarkan bahwa kesejahteraan dapat dibangun melalui kerja keras harian yang tekun dan kesabaran dalam merawat investasi untuk masa depan.
